Facebook Fans

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 13 Oktober 2012

Koneksionimse

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah
Koneksionisme adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah
laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi
respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk
perilaku mereka.
C ir i dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,
bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan
pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan
mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar
yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini
sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan
oleh ganjaran (reward) penguatan dari lingkungan. Dengan demikian dalam
tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral
dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa
tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahlaku adalah
hasil belajar.1
Seperti contohnya dalam teori ini dilakukan percobaan pada binatang seekor
kucing. Pada percobaan tersebut menghasilkan teori trial and error (selecting and
connecting). Yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba dan membuat
salah. Dalam percobaan ini kucing tersebut cenderung meninggalkan perbuatan X
yang tidak mempunyai hasil. Setiap respon menimbulkan stimulus yang baru.
Selanjutnya stimulus baru itu akan menimbulkan respon lagi
1 Muhaimin, Abdul Ghofur dkk. 1996. Strategi Belajar Mengajar. CV Citra Media: Surabaya.
B. Rumusan masalah
1. Apakah teori koneksionisme itu?
2. Bagaimana hukum teori koneksionisme?
C. Tujuan
· Untuk mengetahui teori koneksionisme.
· Untuk mengetahui hokum teori koneksionisme.

Teori Pembelajaran

BEHAVIORISTIK

Behavioristik maksudnya adalah melihat individu manusia sangat terbatas pada perilaku
yang berdasarkan responnya terhadap stimulasi dari lingkungannya. Namun sebagaimana
kita ketahui, keutuhan memandang manusia secara individu memang hampir tak mungkin
dilakukan tatkala kita berbicara soal budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Keutuhan
manusia individu hanya bisa dilakukan dengan melihat individu tersebut secara sempurna,
kesendiriannya dalam keputusannya, kemampuan persepsi inderawinya, jalannya rangsang saraf
ke otak, neuron-neuronnya, dan seterusnya - namun diskusi seperti ini bukan sosiologi
tempatnya.MASYARAKAT. Kita memperhatikan individu sejauh kemampuan kontributifnya
dalam mempengaruhi DINAMIKA masyarakat. Masih terkesan behavioristik?Oleh karena itu,
paradigma pembelajaran dan pendidikan seyogianya merupakan sebuah paradigma pembelajaran
yang sedari tingkat filosofis, strategi, pendekatan proses dan teknologi pembelajarannya menuju
ke arah pembebasan anak didik dengan segala eksistensinya. Dengan demikian, menurut
Azyumardi Azra yang diamini Conny C Semiawan (Kompas, 2/12/2004), baru anak didik
bisa bebas mewujudkan keseluruhan potensi dirinya.
Paradigma behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap, dan terstruktur
rapi, belajar adalah pemerolehan pengetahuan, mengajar adalah memindahkan pengetahuan
(transfer of knowledge) dan diharapkan pengetahuan atau pemahaman siswa sama dengan
pengetahuan atau pemahaman gurunya. Sementara paradigma konstruktivistik memandang
bahwa pengetahuan adalah non-objektif, bersifat temporer, berubah dan tidak menentu, belajar
dimaknai menyusun pengetahuan dari pengalaman konkrit, reflektif dan interpretatif, mengajar
adalah menata lingkungan agar siswa termotivasi dalam menggali makna dan menghargai
ketidakmenentuan. Pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada
pengalaman, prespektif dan interpretasi si belajar.
Paradigma behavioristik memandang bahwa segala sesuatu di dunia nyata telah terstruktur rapi
dan teratur. Orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan yang jelas dan ditetapkan dengan
ketat. Pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakkan disiplin. Ketidakmampuan dalam
menambah pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, sebaliknya