Facebook Fans

Sabtu, 13 Oktober 2012

Teori Pembelajaran

BEHAVIORISTIK

Behavioristik maksudnya adalah melihat individu manusia sangat terbatas pada perilaku
yang berdasarkan responnya terhadap stimulasi dari lingkungannya. Namun sebagaimana
kita ketahui, keutuhan memandang manusia secara individu memang hampir tak mungkin
dilakukan tatkala kita berbicara soal budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Keutuhan
manusia individu hanya bisa dilakukan dengan melihat individu tersebut secara sempurna,
kesendiriannya dalam keputusannya, kemampuan persepsi inderawinya, jalannya rangsang saraf
ke otak, neuron-neuronnya, dan seterusnya - namun diskusi seperti ini bukan sosiologi
tempatnya.MASYARAKAT. Kita memperhatikan individu sejauh kemampuan kontributifnya
dalam mempengaruhi DINAMIKA masyarakat. Masih terkesan behavioristik?Oleh karena itu,
paradigma pembelajaran dan pendidikan seyogianya merupakan sebuah paradigma pembelajaran
yang sedari tingkat filosofis, strategi, pendekatan proses dan teknologi pembelajarannya menuju
ke arah pembebasan anak didik dengan segala eksistensinya. Dengan demikian, menurut
Azyumardi Azra yang diamini Conny C Semiawan (Kompas, 2/12/2004), baru anak didik
bisa bebas mewujudkan keseluruhan potensi dirinya.
Paradigma behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap, dan terstruktur
rapi, belajar adalah pemerolehan pengetahuan, mengajar adalah memindahkan pengetahuan
(transfer of knowledge) dan diharapkan pengetahuan atau pemahaman siswa sama dengan
pengetahuan atau pemahaman gurunya. Sementara paradigma konstruktivistik memandang
bahwa pengetahuan adalah non-objektif, bersifat temporer, berubah dan tidak menentu, belajar
dimaknai menyusun pengetahuan dari pengalaman konkrit, reflektif dan interpretatif, mengajar
adalah menata lingkungan agar siswa termotivasi dalam menggali makna dan menghargai
ketidakmenentuan. Pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada
pengalaman, prespektif dan interpretasi si belajar.
Paradigma behavioristik memandang bahwa segala sesuatu di dunia nyata telah terstruktur rapi
dan teratur. Orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan yang jelas dan ditetapkan dengan
ketat. Pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakkan disiplin. Ketidakmampuan dalam
menambah pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, sebaliknya

keberhasilan sebagai perilaku yang pantas mendapat hadiah, taat pada aturan dipandang sebagai
penentu keberhasilan belajar, dan kontrol belajar dipegang oleh sistem yang berada di luar diri si
belajar. Sementara paradigma konstruktivistik memandang bahwa belajar harus bebas. Hanya di
alam dan suasana kebebasan peserta didik dapat mengungkapkan makna sebagai hasil dari
interprestasinya terhadap segala sesuatu yang ada di dunia nyata. Kebebasan menjadi unsur yang
esensial dan penentu keberhasilan belajar, dan siswa adalah subjek yang mampu menggunakan
kebebasan untuk melakukan pengaturan diri dalam belajar, serta kontrol belajar dipegang oleh
siswa.

TOKOH-TOKOH

Edward Edward Lee Thorndike (1874-(((1874-1949)
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi
anatara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori
“connectionism”. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang
dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara
otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan
teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya
aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, adal eliminasai terhadap
berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Thorndike menemukan hukum-hukum.
1. Hukum kesiapan (Law of Readiness)
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh
stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu
sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.
2. Hukum latihan
Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut
semakin kuat.
3. Hukum akibat
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan
dan cenderung diperlemah jika akibanya tidak memuaskan.
Kelemahan dari teori ini adalah:
Terlalu memandang manusia sebagai mekanisme dan otomatisme disamakan hewan.
A. Memandang belajar merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon.
B. Mengabaikan pengertian belajar sebagai unsure pokok
C. Proses belajar berlangsung secara teoritis
Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936) dan Watson
Pavlo mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini
anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing.
Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk
penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap
bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank.
Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu
tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Belajar menurut teori ini adalah
suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang
menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah
adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah
terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
Skinner (1904-1990)
Skinner menganggap reward dan rierforcement merupakan factor penting dalan
belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal mengontrol
tingkah laku. Pda teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi
sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant
conditioning.
Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli.Bila tidak menunjukkan
stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah
lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam
proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan Skinner membagi
menjadi 2 jenis respon.
1. Responden
Respon yang terjadi karena stimulus khusus misalnya Pavlo.
2. Operans
Respon yang terjadi karena situasi random. Operans conditioning adalah suatu
proses penguatan perilaku operans yang dapat mengakibatkan perilaku
tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.
Prinsip belajar Skinners adalah :
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika
benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran
digunakan sebagai sistem modul.
3. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak
digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari
hukuman.
4. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah
diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.
5. dalam pembelajaran digunakan shapping
Kekeliruan penerapan Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu
cara mendisiplinkan siswa. Hukuman yang baik menurut Skinner adalah anak
merasakan sendiri konsekuensinya dari perbuatan.
Robert Gagne (1916-2002)
Teori gagne banyak dipakai untuk mendisain Software instructional (Program
berupa Drill Tutorial). Kontribusi terbesar dari teori instructional Gagne adalah 9
kondisi instructional:
1. Gaining attention = mendapatkan perhatian
2. intorm learner of objectives = menginformasikan siswa mengenai tujuan yang
akan dicapai
3. stimulate recall of prerequisite learning = stimulasi kemampuan dasar siswa
untuk persiapan belajar.
4. Present new material = penyajian materi baru
5. Provide guidance = menyediakan pembimbingan
6. Elicit performance = memunculkan tindakan
7. Provide feedback about correctness = siap memberi umpan balik langsung
terhadap hasil yang baik
8. Assess performance = Menilai hasil belajar yang ditunjukkan
9. Enhance retention and recall = meningkatkan proses penyimpanan memori
dan mengingat.
Gagne disebut sebagai modern noebehaviouristik mendorong guru untuk
merencanakan pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi.
Albert Bandura (1925-sekarang)
Teori belajar Bandura adalah teori belajar social atau kognitif social serta efikasi
diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap
dan emosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam
konteks interaksi tingkah laku timbale balik yang berkesinambungan antara
kognitine perilaku dan pengaruh lingkungan. Factor-faktor yang berproses dalam
observasi adalah perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi. Kelebihan
teori Bandura dalah membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan
penyimpangan psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku. Teori Bandura
menjadi dasar perilaku permodelan yang digunakan dalan pendidikan secara
missal, contohnya penerapan teori belajar social dalam iklan televisi.

APLIKASI TEORI

Tujuan pembelajaran dalam paradigma behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan,
belajar sebagai aktivitas yang menuntut siswa mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari. Sementara paradigma konstruktivistik tentang tujuan pembelajaran menekankan pada
belajar bagaimana belajar, yakni menciptakan pemahaman baru yang menuntut aktivitas kreatif
dan produktif dalam kontek nyata, mendorong siswa untuk berfikir, berfikir ulang, dan
mendemonstrasikannya.
Strategi pembelajaran dalam paradigma behavioristik menekankan pada ketrampilan yang
terisolasi dan akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian keseluruhan, pembelajaran
mengikuti urutan kurikulum secara ketat, aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku
teks dengan menekankan pada kemampuan dan ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku
teks tersebut. Sementara paradigma konstruktivistik menekankan pada penggunaan pengetahuan
secara bermakna mengikuti urutan dari keseluruhan ke bagian, pembelajaran lebih diarahkan
untuk meladeni pertanyaan atau pandangan siswa, aktivitas belajar menekankan pada
ketrampilan berfikir kritis, analitis, dan prediktif.
Evaluasi pembelajaran dalam paradigma behavioristik sering bersifat pasif, terpisah, menuntut
satu jawaban benar, dan evaluasi sering dilakukan setelah selesai kegiatan belajar. Sementara
evaluasi pembelajaran dalam paradigma konstruktivistik menekankan pada penyusunan makna
secara aktif, melibatkan ketrampilan terintegrasi dalam kontek nyata, menggali munculnya
berfikir divergen, multi solution, dan evaluasi sebagai bagian utuh dalam proses pembelajaran

KEKURANGAN DAN KELEBIHAN

Metode ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsure kecepatan spontanitas kelenturan daya tahan dsb. Teori ini
juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan peran orang tua.
Kekurangan metode ini adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru bersifat mekanistis
dan hanya berorientasi pada hasil. Murid dipandang pasif, murid hanya mendengarkan,
menghafal penjelasan guru sehingga guru sebagai sentral dan bersifat otoriter. Pada teori ini guru
lebih menekan kan pada tujuan pembelajaran yang lebih pada hasil tanpa mengutamakan
prosesnya sehigga siswa hanya diberi teori latihan berulang tanpa tau prosesnya siswa itu bisa
apa tidak.

HUMANISTIK.

humanis: adanya suasana saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat/berbicara,
kebebasan mengungkapkan gagasan, adanya keterlibatan peserta didik dalam berbagai
aktivitas di sekolah, dan kemampuan hidup bersama dengan teman yang mempunyai
pandangan berbeda.
Kebanyakan Mewujudkan sekolah yang demokratis memang bukanlah pekerjaan yang gampang.
Berbagai kendala yang tidak mendukung terbentuknya demokratisasi dalam pendidikan tersebut
tidak mudah kita singkirkan begitu saja. Namun, kita tidak boleh mundur dan putus asa.
Mengingat pentingnya pendidikan yang demokratis, partisipatif, dan humanis tersebut, upaya ke
arah itu mutlak dilakukan.
Mengupayakan pendidikan yang demokratis adalah keharusan. Mengutip John Dewey dalam
bukunya Democracy and Education, pendidikan yang demokratis harus dimulai dari sekolah.
Menurut Dewey, pendidikan yang demokratis bukan hanya untuk menyiapkan siswa bagi
kehidupan mereka nanti di masyarakat, tetapi sekolah sendiri juga harus menjadi masyarakat
mini, di mana praktik demokrasi yang ada dalam masyarakat perlu diadakan secara nyata di
sekolah. Model hidup di sekolah yang mirip dengan situasi masyarakat tempat si anak berasal
mesti diciptakan. Dengan demikian, anak dibiasakan dengan karakteristik perikehidupan yang
demokratis tersebut.
Dalam rangka mendorong dan menumbuhkembangkan pendidikan yang demokratis dan humanis
ini, Romo Mangun menyarankan adanya beberapa kemampuan dasar yang secara sadar
dikembangkan menjadi bekal yang ampuh dalam hidup bermasyarakat. Kemampuan dasar yang
mesti dikembangkan tersebut di antaranya kemampuan berkomunikasi, jiwa eksploratif, kreatif,
serta integral.
Pemilikan kemampuan berkomunikasi, ditandai penguasaan bahasa dan kepercayaan diri dalam
berkomunikasi dengan semua orang dari segala lapisan dirasakan, sangat penting saat ini. Hal ini
disebabkan hanya mereka yang mampu menyerap, menguasai, dan mengolah informasilah yang
akan mampu berkompetisi dan dapat berhasil dalam persaingan hidup di tengah masyarakat.
Jiwa eksploratif yang dicirikan adanya keinginan anak didik untuk suka mencari, bertanya,
menyelidiki, merumuskan pertanyaan, mencari jawaban, dan peka menangkap gejala alam
sebagai bahan untuk mengembangkan diri mesti ditumbuhkembangkan dalam diri anak agar
menjadi pribadi-pribadi yang mandiri dan berkualitas. Jiwa kreatif—dicirikan anak suka
menciptakan hal-hal baru dan berguna, tidak mudah putus asa, berpikir lateral serta semangat
integratif yang ditandai kemampuan melihat dan menghadapi beragam kehidupan dalam
keterpaduan yang realistis, dan utuh—adalah aspek pemberdayaan lain yang mutlak ditanamkan
dan dimiliki peserta didik.

TOKOH-TOKOHNYA:

Arthur Comb (1921-1999)
Meaning adalah konsep dasar yang dipakai atau digunakan. Belajar terjadi bila
siswa mempunyai arti bagi siswa itu sendiri,guru tidak bisa memaksakan materi
pada siswa.Guru harus memahami perilaku siswa dengan memahami persepsi
siswa apabila ingin mengubah perilaku siswa. Menurut Comb perilaku buruk itu
adalah ketidak mauan siswa untuk melakukan sesuatu yang tidak menimbulkan
kepuasan bagi dirinya.Banyak guru membuat kesalahan yang berasumsi bahwa
siswa mau belajar apabila materi yang di berikan disusun dan disajian
sebagaimana mestinya.Padahal siswalah yang harus memberi arti pada pelajaran
itu sendiri. Sehingga bagaimana membawa siswa untuk memperoleh arti mata
pajaran itu dan bagaimana siswa menghubungkan dengan kehidupannya.
Maslow
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa dalam diri manusia ada dua hal yaitu
adalah suatu usaha positif untuk berkembang dan kekuatan untuk melawan atau
menolak perkembangan itu. Pada diri manusia mempunyai berbagai perasaan
takut tetapi manusia juga mempunyai perasaan yang mendorong untuk maju kea
rah ke unikan diri, kearah fungsinya semua kemampuan yang dimiliki dapat
dikembangkan. Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi tujuh hierarki
yang tiap hierarki tersebut memiliki tingkat penting dalam pemenuhan yang harus
dipanuhi dari yang paling dasar. Kebutuhan itu harus diperhatikan oleh guru pada
saat mengajar . Perhatian dan motivasi belajar siswa tidak mugkin berkembang
kalau kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.
Carl Rogers
Roger membedakan dua tipe belajar yaitu: kognitif(kebermaknaan),experiental(
penaglaman atau signifikan) yaitu guru menghubungkan pengetahauan akademik
ke dalam pengatahuan terpakai.experiental Learning menunjuk apda pemenuhan
kebutuhan dan keinginan siswa. Guru harus memperhatikan prinsip dapendidikan
dan pembelajaran yaitu :
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar
2. Siswa akan mempelajari nhal-hal yang bermakna baginya
3. Pengorganisasian bahan pengajaran
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat
Prinsip- prinsip belajar humanistic:
A. Manusia mempunyai belajar alami
B. B elajar signifikan terjadi apabila mqateri plajaran dirasakan murid mempuyai
relevansi dengan maksud tertentu
C. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persep[si mengenai dirinya
D. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila
ancaman itu kecil
E. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh caar
F. Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa melakukannya
G. Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam proses belajar
H. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang
mendalam
I. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk
mawas diri
J. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.


APLIKASI TEORI

Untuk itu, model pendidikan dan pembelajaran yang didominasi kegiatan ceramah, yang
menempatkan guru sebagai figur sentral dalam proses pembelajaran di kelas karena banyak
berbicara, sementara siswa hanya duduk manis menjadi pendengar pasif dan mencatat apa yang
diperintahkan guru, harus segera ditinggalkan. Paling tidak dikurangi. Sebaliknya, model
pembelajaran yang memberikan peluang yang lebih luas kepada peserta didik untuk terlibat aktif
dalam mengonstruksi pengetahuan dan pemahamannya dalam proses ”pemanusiaannya” mutlak
ditumbuhkembangkan.
Untuk mendorong agar terciptanya model pendidikan yang demokratis—meminjam gagasan
Paul Suparno, dkk (Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi)—ada beberapa hal yang mesti
dilakukan. Pertama, hindari indoktrinasi. Biarkan siswa aktif dalam berbuat, bertanya, bersikap
kritis terhadap apa yang dipelajarinya, dan mengungkapkan alternatif pandangannya yang
berbeda dengan gurunya.
Kedua, hindari paham bahwa hanya ada satu nilai saja yang benar. Guru tidak berpandangan
bahwa apa yang disampaikannya adalah yang paling benar. Seharusnya yang dikembangkan
adalah memberi ruang yang cukup lapang akan hadirnya gagasan alternatif dan kreatif terhadap
penyelesaian suatu persoalan.
Ketiga, beri anak kebebasan untuk berbicara. Siswa mesti dibiasakan untuk berbicara. Siswa
berbicara dalam konteks penyampaian gagasan serta proses membangun dan meneguhkan
sebuah pengertian harus diberi ruang yang seluas-luasnya.
Keempat, berilah ”peluang” bahwa siswa boleh berbuat salah. Kesalahan merupakan bagian
penting dalam pemahaman. Guru dan siswa menelusuri bersama di mana telah terjadi kesalahan
dan membantu meletakkannya dalam kerangka yang benar.
Kelima, kembangkan cara berpikir ilmiah dan berpikir kritis. Dengan ini siswa diarahkan untuk
tidak selalu mengiyakan apa yang dia terima, melainkan dapat memahami sebuah pengertian dan
memahami mengapa harus demikian.
Keenam, berilah kesempatan yang luas kepada siswa untuk bermimpi dan berfantasi (gagasan
Paulo Freire). Kesempatan bermimpi dan berfantasi bagi siswa menjadikan dirinya memiliki
waktu untuk dapat berandai-andai tentang sesuatu yang menjadi keinginannya. Dengan cara
demikian, siswa dapat berandai-andai mengenai berbagai kemungkinan cara dan peluang untuk
mencari inspirasi serta untuk mewujudkan rasa ingin tahunya. Hal demikian pada gilirannya
menanti dan menantang siswa untuk menelusuri dan mewujudkannya dalam aktivitas yang
sesungguhnya.
Penulis berpendapat, bila hal demikian ini telah menjadi kebiasaan, bahkan menjadi bagian
integral dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah-sekolah kita, siswa telah
diantarkan dan difasilitasi untuk mengetahui bagaimana belajar cara belajar (yang benar).
Relasi monolog-otoriter telah diganti dengan model pembelajaran yang demokratis-partisipatifdialogis,
yang mengedepankan kolaborasi dan kooperasi antara siswa dan guru. Dengan
demikian, mereka akan menjadi berdaya dan akan menjadi manusia-manusia pembelajar
sepanjang hidupnya. Dan, di sanalah proses ”humanisasi” itu terjadi.

KAKURANGAN DAN KELEBIHAN

Teori ini cocok untuk di terapkan pada materi- materi yang bersifat pembentukan
kepribadian,hati nurani,perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena social. Indikator
keberhasilan dari teori ini adalah siswa senang, bergairah, berinisiatif dalam belajar,dan terjadi
perubahan pola pikir siswa,perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.K ekurangannya adalah
danya guru yang kadang tidak siap dalam memberi input atau memberi masukan dalam
pelaksanaan pembelajaran sehingga siswa kurang maksimal mendapat informasi. Harus adanya
kesiapan bagi siswa dalam proses pembelajaran

SUMBER-SUMBER

-hasil diskusi bersama
-pergeseran paradikma pembelajaran(oleh : Aswadi)pontianak pos online senin 5 maret 2007
-menuju pendidikan demokratis-humanistik (oleh: Y priyono pasti)KOMPAS sabtu 23 juli 2005
-www.googlo.com
-www.compas.com
-compsoc.bandunfe.net/intro/part 10.html
-Ahmadi,Abu dan Widodo Supriyono.2004.Psikologi Belajar. Rineka Cipta.Jakarta
-Dakir.1993. Dasar-dasar Psikologi. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
-Purwanto,Ngalim.1990. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosdakarya Bandung
-Soemanto,Wasti. 1998 Psikologi pendidikan landasan kerja pemimpin pendidikan. --- Rineka
Cipta.Jakarta. Pendidikan.FIP UNY.
-Sukmadinata,Nana Syaodi.2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Rosdakarya .
Bandung.
-Sugiharto dkk .2006 Psikologi Pendidikan. FIP UNY.
-Suyantinah. 2000. Psikologi Pendidikan. FIP UNY.

0 komentar:

Posting Komentar